Review Buku Dark Places – Saya mengawali membaca buku ini ketika novel dan film Gone Girl booming pada saat itu. Meskipun saya kurang menyukai novel Gone Girl, saya masih penasaran dengan karya Flynn yang lain. Jadi ketika itu saya pergi ke Gramedia dan membeli satu buah hard copy Dark Places dan Sharp Objects sekaligus. Awalnya aku berpikir bahwa aku akan terkecewakan juga dengan karyanya ini, namun di luar dugaan, ternyata buku Dark Places ini merupakan buku yang paling dan sangat mudah diikuti dan kupahami jalan ceritanya. Kalau Gone Girl aku habiskan selama 1 bulan, Dark Places ini kuhabiskan hanya selama 1 hari. Bahasanya sangat ringan dan enak untuk diikuti ketimbang Gone Girl yang bertele tele.
Untuk kosa kata, Flynn selalu hadir dengan ciri khasnya yang kasar. Namun hal ini wajar saja karena memang tujuan pembacanya bukan kepada anak anak, melainkan untuk pembaca remaja dan dewasa. Umpatan demi umpatan selalu dilontarkan oleh para tokoh, karena menurutku itu wajar walaupun intensitasnya itu cukup banyak, seperti setiap kali dia marah, maka mereka akan mengumpat tiada henti.
Cerita ini bermula ketika sebuah peristiwa ketika Libby Day masih anak anak. Libby adalah anak ke 4 dari 4 bersaudara, 3 perempuan dan 1 laki laki. Keluarga Day meninggal secara tragis di rumah mereka sendiri. Sang Ibu dan Debby (kakak Libby) tewas dibunuh seperti layaknya hewan buruan. Kepala sang ibu ditembak dan Debby sendiri dikampak, keduanya tewas secara brutal. Kakak Libby yang satu lagi, meninggal di kamarnya, dengan tulisan dan simbol satan di rumah mereka, sedangkan Libby, dia berhasil kabur dari sana, dan bersembunyi di dalam dinginnya malam yang membuat kakinya cacat kemudian. Tersangka permbunuhan massal ini ditujukan kepada Ben, sang abang besar mereka. Ben kemudian ditahan atas tuduhan pembunuhan setelah Libby pada pengadilan itu bersaksi melihat Ben melakukannya. Ben langsung ditahan dengan kesaksian Libby yang masih kecil, walaupun bukti bukti sangat samar untuk ditujukan kepadanya.
Review Buku Dark Places
Baca juga: Review buku Gone Girl
Libby, si bungsu dari keluarga Day, yang berhasil selamat dari peristiwa itu, hidup dengan mengandalkan uang dari belas kasihan para donatur. Sampai suatu hari, pengurus keuangan Libby mendatanginya dan memberitahunya bahwa uang yang dimilikinya sudah menipis dan akan habis dalam waktu dekat. Mau tidak mau, Libby pun mulai harus bekerja untuk makan. Namun Libby ternyata tumbuh menjadi seseorang yang malas dan takut untuk bersosialisasi, meskipun usianya yang sudah menginjak tiga puluhan, Libby memilih untuk menghabiskan waktunya di rumah yang sepi dan suram daripada bersosialisasi bersama orang orang di luar.
Suatu hari, Libby ditawarkan oleh sekelompok penggemar peristiwa pembunuhan tragis. Sekelompok orang itu menawarkan Libby beberapa ratus dolar demi menyuruhkan ikut memecahkan kasus ini. Mereka yakin benar bahwa Ben bukanlah dalang dari peristiwa ini. Libby yang masih trauma memilih untuk menolak untuk membicarakan hal itu kembali karena dapat membuka luka lama, namun dia kepepet uang, jadi Libby menerima tawaran mereka dan berjanji akan mengatur janji temu dengan Ben dalam waktu dekat di penjara dimana Ben ditahan.
Perjalanan Libby dimulai, dari menemui abangnya, Ben, lalu mencari orang orang di masa lalu yang terkait dengan keberadaan Ben pada malam peristiwa itu. Bukti bukti dan wawancara dikorek Libby sedikit demi sedikit dari orang yang terkait dengan kejadian pada malam itu. Bukan hal yang mudah tentunya untuk Libby. Karena Libby sendiri masih berumur tujuh atau delapan tahun ketika peristiwa itu terjadi, dan dia tak yakin bahwa kesaksian yang diberikannya ketika masih kecil itu benar miliknya pribadi atau milik psikiater yang menyuruh Libby bersaksi demikian.
Baca juga : Review Buku Sharp Objects
Jika anda menyukai genre mengenai kecabulan. kesadisan, dan peristiwa yang membuat trauma, maka novel Dark Places ini sangat cocok untuk anda nikmati. Demikian dahulu review buku dark places kali ini, semoga bermanfaat.
No Comments